Sabtu, 20 November 2010

PESAWAT TEMPUR INDONESIA

SUKHOI SU-27SKM

Design: OKB Pavel O. Sukhoi, Moscow
Production: KNAAPO-works, Komsomolsk on the Amour
Wingspan: 14.70m
Length: 21.93m
Height: 5,93
Wing area: 46.50m²
Maximum speed at height: mach 2.35 / at sea level: mach 1.1
Service ceiling: 18,000m
Combat radius: 1,500km
Range with max fuel: 4,500km
Armament: one 30mm GSh-301 cannon and up to 6,000kgs of bombs and missiles including AA-10 and AA-11 air-to-air missiles
Engines: two 79,43kN thrust (122,6kN with afterburner) NPO Saturn (Lyulka) AL-31F


http://www.zacharz.com/lebourget/su27/001.jpg




SU-27SK basic specifications
Engines type 2 х AL-31F
Thrust, kgf 2 х 12500
Length, m 21.9
Wing span, m 14.7
Height, m 5.9
Max takeoff weight, kg
33000
Max payload, kg
8000

Max internal fuel capacity, kg
9400
Max sea-level speed, km/h 1400
Max Mach number 2.15
Service ceiling, m 17750
Max g-load
9
Flight range at the cruising altitude, km: 3530
Run with the normal takeoff weight, m 450
Roll with the drag chute deployed, m 700


INDONESIA BUAT BOM SUKHOI
19 Jan 2006


Industri pertahanan Indonesia sudah siap membuat bom untuk pesawat Sukhoi dan pesawat standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bom kaliber 100 kilogram bernama P100 itu telah dibuat Dinas Penelitian dan Pengembangan Markas Besar TNI Angkatan Udara.


“Kualitasnya bagus. Hanya, kapasitas produksinya masih kecil karena permintaan TNI terbatas,“ ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departeman Pertahanan Lilik Hendrajaya kepada Tempo di Jakarta kemarin.


Indonesia kini telah memiliki empat pesawat Sukhoi. Tapi, sejak dibeli pada 2003, pesawat bikinan Rusia itu tak pernah dipersenjatai. Alasan utamanya adalah keterbatasan anggaran.


Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Djoko Suyanto memastikan pihaknya akan segera membeli persenjataan bagi Sukhoi, dari Rusia.�?Namun, jika ada produksi dalam negeri yang kualitasnya bagus, pasti kami beli,�?ucapnya menjanjikan.


Bom Sukhoi made in Indonesia telah dibuat pada 2005, hasil kerja sama TNI Angkatan Udara dengan CV Sari Bahari dari Malang, Jawa Timur. Menurut Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama J. Subagyo, uji coba sudah dilakukan awal bulan ini.


Subagyo menjamin kualitas bom ini bagus, Namun pihaknya tak bisa memproduksi dalam jumlah besar karena membutuhkan dana yang besar. Tapi,�?Yang penting adalah (apakah ada) good will (niat baik) untuk menggunakan produksi dalam negeri,�? ujarnya berharap.


Lilik sependapat dengan Subagyo. Bom P100 memang belum memakai kendali. Namun, Lilik yakin kesulitan itu bisa diatasi karena TNI Angkatan Udara sudah memiliki pengetahuan untuk membuat bom yang menggunakan kendali.


Bom tersebut memiliki panjang 1.130 milimeter, berat 100-125 kilogram, dan diameter 273 milimeter. Bom itu dibuat dari bahan besi nodular untuk bodi, baja VCN 15 untuk suslug (Cantelan untuk dipasang di pesawat), dan ST-37 untuk bagian ekor, yang panjangnya 410 milimeter.


Masih soal persenjataan bagi TNI, kemarin Departemen Pertahanan mendapat tawaran itu disampaikan oleh Duta Besar Belanda Dr. Nikolaos van Dam kepada menteri Pertahanan Juwono Sudarsono. PT. PAL yang kemungkinan akan memproduksi.



http://www.indoflyer.net/images/content/photos/fullsize/001/1DBCF5D17DB388F41A37D592BFC0FED5.JPG

http://www.aviationcorner.net/public/photos/6/1/avc_00019561.jpg

http://www.ausairpower.net/KnAAPO-Su-27SKM-2.jpg

TAMBAHAN


Termasuk dalam daftar beli indonesia pada rusia adalah 20 Su-30MK2, sejumlah pesawat latih Yak-130, empat kapal selam Proyek 636 Kelas-Kilo dan dua kapal selam Proyek Amur-1650, 10 helikopter angkut militer Mi-17, lima heli penyerang Mi-35M, 20 kendaraan tempur infanteri BMP-3F, sejumlah korvet dan kapal lain, serta sistem pertahanan udara yang total bernilai miliar dollar AS.


Dalam implementasinya, seperti disampaikan ketika Presiden Vladimir Putin berkunjung ke Indonesia September silam, kredit yang ditawarkan sebesar 1 miliar dollar AS kemudian dicairkan dalam dua tahap, masing- masing 500 juta dollar AS.


Dari pencairan tahap pertama, antara 250 juta dollar sampai 300 juta dollar, digunakan untuk penambahan enam Sukhoi—tiga Su-27SKM dan tiga Su-30MK2. Keenam jet ini diberitakan akan diserahkan antara tahun 2008 dan tahun 2010.


TNI AU berencana membentuk dua skadron Sukhoi —total 24 pesawat—pada tahun 2010 nanti.

PROGRAM NUKLIR INDONESIA

Program Nuklir Indonesia merupakan program Indonesia untuk membangun reaktor nuklir, sehingga dapat memproduksi energi.
Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun 1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan Pasifik.
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5 Desember yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi BATAN.
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di bidang iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom pertama (Triga Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara lain Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga Atom GAMA, Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW (1987) disertai fasilitas penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan bakar, uji keselamatan reaktor, pengelolaan limbah radioaktifdanfasilitas nuklir lainnya.
Sementara itu dengan perubahan paradigma pada tahun 1997 ditetapkan UU No. 10 tentang ketenaganukliran yang diantaranya mengatur pemisahan unsur pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir(BATAN)dengan unsur pengawas tenaga nuklir (BAPETEN).
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) didirikan tahun 1998. Penelitian energi atom dimulai di Indonesia. Selain untuk memproduksi listrik, teknologi nuklir juga digunakan untuk kegunaan medis, manipulasi genetika dan agrikultur.
Rencana untuk program atom dihentikan tahun 1997 karena penemuan gas alam Natuna, tetapi program ini kembali dijalankan sejak tahun 2005.[1]
Indonesia menyatakan bahwa program akan berkembang dengan pantauan International Atomic Energy Agency (IAEA). Oleh sebab itu, Mohammed ElBaradei diundang untuk mengunjungi negara ini pada Desember 2006.
Protes terhadap rencana ini muncul pada Juni 2007 didekat Jawa Tengah[1] dan juga lonjakan pada pertengahan 2007.[2]
Pada maret 2008 , melalui menteri Riset dan Teknologi, Indonesia memaparkan rencananya untuk membangun 4 buah PLTN berkekuatan 4800 MWe (4 x 1200 MWe) [2]

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Lokasi reaktor nuklir

Untuk penelitian, reaktor percobaan telah dibuat di Indonesia:
  1. Bandung, Jawa Barat. Pusat Penelitian Tenaga Nuklir (PPTN) Bandung. (reaktor Triga Mark II - berkapasitas 250 kW diresmikan 1965 , kemudian ditingkatkan kapasitasnya menjadi 2 MW pada tahun 2000 ).[3]
  2. Yogyakarta, Jawa Tengah (Reaktor penelitian nuklir Kartini - kapasitas 250 kW operasi sejak 1979).
  3. Serpong (Banten). (reaktor penelitian nuklir MPR RSG-GA Siwabessy - kapasitas 30 MW diresmikan tahun 1987).
Berbagai lokasi digunakan untuk membangun reaktor untuk memproduksi listrik:
  1. Muria, Jawa Tengah.
  2. Gorontalo, Sulawesi.

[sunting] Sumber daya alam

Indonesia memiliki dua tambang uranium, yaitu tambang Remaja-Hitam dan tambang Rirang-Tanah Merah. Kedua uranium tersebut terletak di Kalimantan Barat. Jika uranium tidak cukup, Indonesia memiliki pilihan mengimpor uranium.

[sunting] Kooperasi

Pada tahun 2006, Indonesia menandatangani perjanjian dengan negara lain untuk nuklir, termasuk Korea Selatan, Rusia, Australia dan Amerika Serikat. Australia tidak bermasalah untuk mengirim uranium ke Indonesia, dan terdapat perjanjian dengan perusahaan Rusia untuk membangun reaktor nuklir di Gorontalo.

[sunting] Motivasi

Indonesia memiliki beberapa alasan untuk membangun reaktor tersebut:
  1. Konsumsi energi Indonesia yang besar
  2. Nuklir akan mengurangi ketergantungan akan petroleum.
  3. Jika konsumsi energi dapat disediakan dengan nuklir, Indonesia dapat memproduksi lebih banyak minyak bumi.
  4. Memproduksi energi yang dapat diperbaharui lainnya, seperti angin dan tenaga matahari lebih mahal.
  5. Jepang, seperti Indonesia, sering terkena gempa bumi, tetapi memiliki reaktor nuklir.
  6. Emisi gas dapat dikurangi.

[sunting] Kritik

Rencana nuklir Indonesia dikritik oleh Greenpeace dan grup individual lainnya, seperti Gus Dur. Pada Juni 2007, hampir 4.000 demonstran di Jawa Tengah meminta pemerintah membatalkan rencana pembangunan reaktor nuklir. Mereka menolaknya karena bahaya limbah nuklir, dan lokasi Indonesia di Cincin Api Pasifik, dengan banyak aktivitas geologi, seperti gempa bumi dan letusan gunung, sehingga berbahaya untuk memiliki reaktor nuklir.[1]

[sunting] Catatan kaki

[sunting] Daftar pustaka

  • Nuclear Power Development in Indonesia by Soedyartomo Soentono, National Atomic Energy Agency, Indonesia.
  • Indonesian Policy on the Development and Utilization of Nuclear Energy by M. Hatta Rajasa, State Minister for Research and Technology, Republic of Indonesia.
  • Paper from 2003 that includes organograms of BAPETEN an BATAN

[sunting] Pranala luar

Pages

.:: JAKARTA ::.

Orang Kampung Belajar Tidak Kampungan

.:: Total Pengujung ::.

website-hit-counters.com
free counters
FREE PALESTINE

.:: KONTAK ::.

FB: facebook.com/Bagoesrhamadani Email: danirhamadani@gmail.com